Mental health pada remaja biasanya terjadi pada masa transisi di mana anak-anak di tuntun menjadi dewasa, perubahan ini merupakan fase perkembangan yang meliputi fisik, mental, sosial dan pemikiran (stuart 2013). Fenomena ini ini tak terlepas dari energi yang besar dan emosional yang meronta-ronta. Sedangkan mental remaja yang menjalani masa transisi ini belum sempurna dalam masalah tersebut, remaja juga sering merasa kesepian, merasa tidak aman dan gelisah. Tak sedikit remaja yang mengalami stress dan depresi. Banyak remaja juga yang mengalami stress dengan menangis dan ada pula yang sampai mencoba bunuh diri.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, terdapat lebih dari 19 juta penduduk Indonesia usia lebih dari 15 tahun memiliki gangguan mental emosional. Selain itu, sebanyak lebih dari 12 juta penduduk dengan rentang usia sama diketahui mengalami depresi. Gangguan mental seperti ini dapat menjadikan penderita melakukan aksi nekat seperti bunuh diri. Ini menjadi keresahan bagi remaja dan orang tua yang sedang mendidik anak nya, bagaimana orang tua memahami anak dalam masalah mental health dan solusi untuk mencegah anak agar tidak depresi. Ini membuktikan bahwa banyak remaja yang belum siap untuk melalui masa transisi sehingga kebanyakan dari mereka terkena penyakit mental.
Salah satu solusinya ialah didikan orangtua yang baik karena karakter anak adalah cerminan didikan orangtua. Orangtua yang baik pasti sangat perhatian anaknya dari segi tampilan maupun pikiran, karena anak-anak lebih membutuhkan contoh dari pada keritik. Sebagai orang tua penting untuk mengetahui karakter setiap anak, karena tidak semua anak yang terkena mental health tidak penah menagis, sedih dan dapat menyimpan semua gejolak emosinya di dalam diri. Masalah seperti Ini lah yang susah diketahui oleh orang tua, apalagi orang tua yang sibuk dalam perkerjaannya sehingga tidak bisa memperhatikan anak nya. Salah satu kesalahan orang tua zaman sekarang yaitu menitipkan anaknya kepada baby suster sehingga anak kurang mendapat perhatian lebih dari orang tuanya yang menjadikan seorang anak bisa menjadi introvet, sehingga anak kesulitan dalam menyampaikan masalah hidupnya kepada orangtuannya.
Peran orang tua dalam mendidik mental anak sangat lah penting pada usia dini karena dapat membentuk mental seorang anak sebelum menjalani masa transisi. Salah satu metodenya berfikir kritis dalam menentukan pilihannya. Contohnya pada memilih sepatu sekolah atau memilih makanan favoritnya. Metode ini dapat melatih anak supaya ia dapat memilih tujuannnya di masa depan dan membuat mental anak sudah terlatih untuk masa transisi.
Peran orangtua juga perlu menyampainkan Batasan-batasan tontonan terhadap anak, Pada perkembangan zaman banyak media-media sosial yang tidak membatasi umur tontonannya, Contohnya pada tiktok, youtube, Instagram dan media sosial lainya. Masalah ini juga dapat mempengaruhi mental anak karena tidak semua media sosial layak di tonton untuk anak-anak dalam segi imajinasi anak maupun sikap sosial karena dapat mempengaruhi mental maupun psikologinya.
Pembentukan mental anak pada masa dini sangatlah penting untuk masa depan mereka, dengan didikan orangtua yang tepat dapat mengembangkan mental seorang anak agar seorang anak tidak terjebak ke dalam penyakit mental health yang sedang ramai di media sosial, orang tua yang baik ialah orangtua yang meluangkan waktu untuk anaknya memberi perhatian, memberi kasih saying dan menuntunya dalam kebenaran. Karena pemikiran anak masih labil dalam sosial dan berPilaku.
Memberi perhatian khusus kepada anak yang sudah terkena penyakit mental health penting untuk dilakukan orang ua. Selain itu, terdapat berbagai pengobatan alternatif bagi penderita mental health salah satunya memelihara hewan peliharaan. Cara tersebut sangat lah ampuh bagi mental penderita membuat penderita merasakan rasa tenang dan menumbuhkan rasa kasih sayang sehingga penderita merasakan ketenangan.
Penulis : Azha Silmi